SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan
Jalan Cilenggang 1 Serpong – Tangerang Selatan. 15310
e-mail: indahelkarim@gmail.com
ABSTRAK
Penulisan praktik baik ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktik baik penulis dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS). Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas XI semester 2 tahun ajaran 2019/2020 di SMAN 12 Tangerang Selatan sebanyak 38 orang. Model pembelajaran yang dipilih adalah discovery learning. Pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran discovery learning layak dijadikan praktik baik pembeljaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran discovery learning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.
Kata kunci: konsep koordinasi, model pemblajaran discovery learning.
PENDAHULUAN
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi merupakan salah satu upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kemendikbud yang menekankan pada pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill {HOTS).
Keterampilan berfikir Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan, maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG), kelompok kerja guru (KKG) dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon dalam zonasinya, dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat,seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata UNIUSBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.
Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah Model Discovery/Inquiry Learning. Model pembelajaran penyingkaparlpenemuan (Discovery/inquiry Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferensi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Fiobert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Setelah melaksanakan pembelajaran tematik terpadu dengan Model Discovery/Inquiry Learning. ini diterapkan pada kelas X ternyata proses dan hasil belalajar peserta didik lebih baik. Oleh karena itu, penulis mencoba pembelajaran discovery learning dilakukan di kelas XI MIPA untuk materi koordinasi dengan sarana LKPD sebagai alat bantu belajar, dan dengan judul Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Koordinasi Kelas Xi Melalui Pendekatan Saintifik Dengan Model Pembelajaran Discovery Learning Berorientasi HOTS Pada Mata Pelajaran Biologi Di Sman 12 Kota Tangerang Selatan.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Praktik baik ini dilaksanakan pada tanggal 11 sampai 13 Desember tahun 2019 bertempat di kelas XI MIPA 3 SMAN 12 Tangerang Selatan
Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan praktik baik penulis dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS). Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas XI semester 2 di SMAN 12 Tangerang Selatan sebanyak 38 orang. Bahan yang digunakan dalam best practice pembelajaran ini adalah materi kelas IX untuk materi koordinasi.
Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menggunakan model pembelajaran discovery learning. Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan penulis.
1 .Pemetaan KD
Pemetaan KD dilakukan untuk merancang pembelajaran yang digunakan di kelas IX. Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas IX penulis menggunakan model discovery learning dengan metode diskusi dan tanya jawab.
2. Analisis Target Kompetensi
Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.
3. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi
4. Pemilihan Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang dipilih adalah discovery learning .
Merencanakan kegiatan Pembelajaran sesuai dengan Model Pembelajaran. Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak discovery learning.
Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model Discovery Learning: Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model Discovery Learning:
5. Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Berdasarkan rencana kegiatan tersebut, kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, LKPD, dan instrumen penilaian. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21.
Media dan Instrumen
Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik terbaik ini adalah
a) Penyajian materi “Sistem Koordinasi”,
b) video “kelenjar ndokrin beserta hormon yang dihasilkan”diambil dari https://www.youtube.com/ dengan alamat link sebagai berikut https://www.youtube.com/watch?v=_HPH2YampvM.
c) LKPD 5 (Spidol, penggaris, kertas HVS ) Instrumen yang digunakan dalam praktik baik ini ada 3 macam yaitu (a) instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi dan (b) instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan tes tulis pilihan ganda.
HASIL KEGIATAN
Hasil yang dapat dilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.
Proses pembelajaran Biologi pada konsep sistem koordinasi yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak discovery learning megharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran.
Pembelajaran Biologi pada konsep sistem koordinasi yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Setelah kegiatan pembelajaran tersebut, siswa tidak hanya memahami teori materi tersebut, tetapi bagaimana mengamalkan dalam kegiatan sehari – hari yang berhubungan dengan materi dan manfaatnya dalam kehidupan nyata. Pemahaman ini menjadi dasar siswa dalam mempelajari materi sistem koordinasi tentang:
Jenis hormon yang dihasilkan oleh sistem endokrin dan penyakit akibat gangguan fungsi pada sistem koordinasi kelas XI. Pemahaman tentang sistem koordinasi Kelas IX membantu siswa dalam menganalisis fungsi masing-masing hormon dan gangguan pada sistem koordinasi.
Penerapan model pembelajaran discovery learning meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk bertanya dan menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasa), membuat siswa cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa yang diajarkan oleh guru. Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran koordinasi berorientasi HOTS dengan menerapkan discovery learning ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman benar-benar dibangun oleh siswa melalui pengamatan dan diskusi yang meuntut kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
Penerapan model pembelajaran discovery learning juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). Discovery learning yang diterapkan dengan menyajikan teks tulis dan video berisi permasalahan kontekstual mampu mendorong siswa merumuskan pemecahan masalah. Sebelum menerapkan discovery learning, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa, tetap saja penulis gunakan. Jenis teks yang digunakan juga hanya pada teks tulis dari buku teks. Dengan menerapkan discovery learning, siswa tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari video serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya.
Masalah yang dihadapi terutama adalah siswa belum terbiasa siswa belajar dengan model discovery learning. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu mengguakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.
Masalah lainnya adalah guru tidak mumpuni untuk membuat video pembelajaran sendiri. Padahal selain sebagai media pembelajaran, video juga merupakan bentuk teks audiovisual yang harus disajikan sesuai dengan rumusan KD. Dan sebagian besar siswa masih sulit untuk memecahkan soal berorientasi HOTS secara mandiri yang diberikan guru, siswa masih sulit untuk menganalisis maksud dari soal HOTS yang guru berikan.
Agar siswa yakin bahwa pembelajaran konsep sistem koordinasi dengan discovery learning dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS akan membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat siswa mau belajar dengan HOTS. Kekurang mampuan guru membuat video pembelajaran dapat diatasi dengan mengunduh video sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari youtube maupun dari Rumah Belajar. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan literasi baca, siswa juga dapat meningkatkan literasi digitalnya. Kekurang mampuan siswa dalam menjawab soal diatasi dengan membiasakan mengerjakan soal-soal berorientasi HOTS.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
- Pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran discovery learning layak dijadikan praktik baik pembeljaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
- Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, pembelajaran Biologi dengan model pembelajaran discovery learning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran konsep koordinasi dengan model pembelajaran discovery learning berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
- Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran Biologi yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna.
- Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa).
- Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis utuk mendesiminasikan praktik baik ini akan menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Djemari, M. 2003. Desain dan Penilaian Pembelajaran Mahasiswa. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Falahudin, I. 2014. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran. Jurnal lingkar widyaiswara, edisi 1 (4): 104-117. Jakarta Timur.
Fathur, R. 2011. Jutaan Manfaat Ebook. (Online) (http://www.faturrijaldewaebook.co.id/20 11/09/jutaan-manfaatebook.html,Diakses 24 Juli 2017.
Hamalik, O 2008. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem . Jakarta: Bumi Aksara.
Haryoko, S. 2009. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi @Elektro. No.1 Vol.5.
http://arisriyadi.blogspot.com/2019/08/contoh-best-practice-pada-program-pkp.html
http://berita-guru-terkini.blogspot.com/2015/07/langkah-langkah-model-discovery_12.html
Jayardana, H. 2013. Segudang Manfaat Menggunakan E-book. (Online) (http://www.scribd.com/doc/134325546/e book, Diakses 20 Juli 2017. Nurhayati. 2011. Startegi Belajar Mengajar. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar