(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X.IPA 1 SMAN 12 Kota Tangerang Selatan)
Indah El Karim,S.Pd
SMAN 12 Kota Tangerang Selatan Jl.Cilenggang 1, Serpong, Tangerang Selatan, 15310
Email. indahelkarim@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPA 1 SMAN 12 Tangerang Selatan tahun ajaran 2021/2022 dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan media video pembelajaran pada konsep animalia. Aktivitas yang dinilai berdasarkan siwa memperhatikan penjelasan guru, siswa mengajukan pendapat, berdiskusi, dan bertanya, siswa menyelesaikan tugas LKPD yang berkaitan dengan video pembelajaran, siswa mengingat materi dan mampu menyelesaikan soal, dan siswa terlihat senang dan antusias. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar konsep animalia dengan menggunakan media video pembelajaran adalah rata-rata pencapaian hasil belajar siswa pada setiap siklusnya yaitu 80% pada siklus I, dan 87% pada siklus II. Pada aktivitas belajar siswa menunjukkan peningkatan aktivitas dengan penggunaan media video pembelajaran adalah rata-rata pencapaian aktivitas belajar siswa pada siklusnya adalah 68,75% pada siklus I, dan 93,75% pada siklus II. Dan rata-rata nilai N-Gain pada setiap siklusnya adalah 0,75 pada siklus I dan 0,85 pada siklus II.
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Hasil belajar siswa, Media Video Pembelajaran.
ABTRACT
This research is the classroom action research. It was designed in two cycle. Each cycle consist of planning, action, observation, and reflection. The subjects of this research are student of SMAN 12 Tangerang Selatan class of academic year 2021/2022 with amount of students 31 peoples that consists of 19 means and 12 girls. This study aims to improve learning outcomes with the use of learning video on the concept Animal. Activity assessed by student pay attention to the teacher’s explanations, student submit opinions, student complete worksheet, the student remember the material and capable of solving problems, and the student seemed happy and enthusiastic. The result of research showing that increasing the concept mutation of learning outcomes with the use learning video is an average student achievement of each is 80% in cycle I, and 87% in cycle II. On students’ learning activities showed increased activity with the use of learning video is the average achievement of student learning activities in the cycle is 687,5% in cycle I, and 93,75 % in cycle II. And on N-Gain value of each cycle is 0,75 in cycle I and 0,85 in cycle II.
Keywords: Action Research Class, Student Learning Results, and Learning Video.
PENDAHULUAN
Media sebagai alat bantu dalam pembelajaran membantu siswa mencerna dan atau memahami substansi materi pelajaran yang sukar terutama yang rumit dan kompleks. Penggunaan media untuk membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan manfaatnya, pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Hadirnya multimedia berbasis computer disambut baik dalam dunia pendidikan, karena pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif, lebih hemat waktu, tidak terikat pada ruangan kelas sehingga sikap siswa terhadap belajar dapat ditingkatkan.
Berdasarkan pengamatan selama mengajar dan observasi yang dilakukan pada peserta didik kelas X IPA 1 nampak para siswa kurang termotivasi dan kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Disamping itu diperoleh data bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran biologi masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa dalam 31 orang siswa hanya 7 orang siswa yang mampu mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan 7 orang siswa memiliki nilai diatas 60-75, sehingga 17 orang siswa memliki nilai dibawah 60. Bila ditinjau secara presentase maka nilai yang mencapai KKM yakni 23% dan yang tidak mencapai KKM 77%. Suatu kelas disebut tuntas belajar apabila dikelas tersebut terdapat minimal 85% siswa yang mencapai nilai sesuai kriteria ketuntasan. Sedangkan dari hasil persentase didapat bahwa hanya 22% saja siswa yang mampu mencapai nilai sesuai dengan kriteria. Alasan ini menguatkan mengapa penelitian ini di lakukan di kelas X IPA 1 SMAN 12 Tangerang Selatan. Berdasarkan observasi di kelas X IPA 1 proses belajar mengajar pada mata pelajaran biologi masih sepenuhnya dengan bimbingan guru, misalnya : guru menjelaskan materi secara keseluruhan, bila tidak dibimbinng oleh guru siswa sering kali tidak memahami materi yang sedang dipelajari, kecuali bagi mereka yang dapat dengan cepat memahami. Sesekali guru menggunakan metode diskusi dan tanya jawab untuk memperkuat pemahaman siswa.
Metode pembelajaran konvensional yang diterapkan guru dalam proses belajar mengajar tidak mampu menarik perhatian siswa, dengan metode ini guru cenderung tidak melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Media bantu yang digunakan guru selama pembelajaran hanya berbatas pada text book sehingga tidak mampu menarik perhatian siswa. Sedangkan untuk pembelajaran produktif sendiri media yang layak dan memenuhi untuk dapat menghantarkan materi adalah yang mengandung unsur gerak sehingga proses pembelajran dapat diperhatikan dengan baik. Kurangnya motivasi dan perhatian siswa serta rendahnya prestasi belajar tersebut menunjukkan bahwa terjadi hambatan dalam proses pembelajaran yang menimbulkan terganggunya informasi yang seharusnya diterima oleh siswa. Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah kemampuan peserta didik memahami isi, maksud dan pesan yang diberikan oleh materi tersebut.
Pengamatan yang dilakukan di kelas X IPA 1 SMAN 12 Tangsel bahwa peserta didik memiliki hasil belajar yang rendah serta kurang termotivasi, kurang antusias dan pasif dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan gaya klasikal, masih banyaknya peserta belajar yang senang bermain yang belum terarahkan, menyelesaikan tugas belum optimal masih ketergantungan dengan temannya. Dengan memperhatikan keadaan di atas maka diperlukan inovasi pembelajaran biologi di kelas X IPA 1 SMAN 12 Tangsel dengan optimalisasi penggunaan video pembelajaran biologi melalui model kooperatif sebagai upaya peningkatan kinerja dan prestasi belajar siswa kelas X IPA 1 semester II konsep animalia pada subkonsep avertebrata di SMAN 12 Tangerang Selatan.
Video CD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlakdan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan perserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik. Secara fisik VCD pembelajaran merupakan program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau CD dan disajikan dengan menggunakan peralatan VCD player serta TV monitor.
CD Zenius adalah sebuah media belajar berbentuk video mengenai penjelasan materi, pembahasan soal-soal SNMPTN, soal-soal ujian sekolah langsung seperti layaknya guru privat.
Keunggulan CD Zenius diantara lain:
- Pembelajaran focus pada pemahaman dasar dan penguasaan konsep, tidak sekedar hafalan dan pemahaman konsep.
- Terdapat beragam pilihan materi pelajaran dari berbagai tngkatan sekolah dan jenis latihan soal serta ujian yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan.
- Penggunaan gaya bahasa yang santai agar mudah dimengerti serta dilengkapi dengan animasi dan ilustrasi sedemikian rupa sehingga belajar jadi lebih menyenangkan dan enjoyable.
- Para tutor dizenius merupakan tutor-tutor terbaik lulusan ITB, UI, Unpad, dan lain-lain. Cara mengajar dengan bahasa yang santai dan tidak membuat bosan.[1]
Di dalam CD Zenius ini materi animalia disajikan dalam bentuk sub-sub judul yang dibentuk menjadi beberapa bagian seperti menjelaskan tentang ciri umum kingdom animalia, spesifikasi dari setiap fillum beserta penjelasan masing-masing sistem yang terjadi di dalam tubuh anggota avertebrata itu sendiri. Setiap materi dijelaskan dengan bahasa dan tulisan yang sederhana dengan disertai gambar-gambar yang sesuai, tidak terlalu banyak menggunakan tulisan dalam penyajian materinya tetapi banyak materi yang langsung dijelaskan sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran.
METODOLOGI PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 SMAN 12 Tangerang Selatan, dengan jumlah siswa 31 orang ( 12 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki) pada Tahun Pelajaran 2021/2022. Pertimbangan mengambil subyek penelitian tersebut adalah, dimana kondisi siswa kelas X IPA 1 sangat cocok untuk diberikan media video pembelajaran, karena selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa tidak pernah diberikan materi yang berbentuk audio visual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), fokus masalah dalam penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan tindakan berupa penggunaan media yaitu Video Pembelajaran Zenius. Penelitian bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus serta mampu memberi solusi pada masalah yang baik secara perorangan maupun keseluruhan, ini akan dilakukan secara bersiklus dengan tindakan yang dilakukan terhadap atau beranjak dari kondisi awal. Terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
[1] http://yunianto.com/jasa-web-blog/zenius-multimedia-learning.2/16-01-2012
Tahapan Intervensi Tindakan
Pada tahapan intervensi tindakan terhadap penelitian dimulai dengan tindakan pada siklus I, apabila pada refleksi siklus I target yang direncanakan belum terpenuhi maka penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan sempurna. Pada kegiatan siklus akan dilakuan sesuai dengan tahapan-tahapan tersebut. Adapun tahapan intervensi tindakan dilakukan pada penelitian ini langkah-langkah yang akan dilakukan adalah, sebagai :
Perencanaan Dalam hal ini dijabarkan dalam bentuk perencanaan sebelum melakukan suatu tindakan. Rencana ini meliputi:[1] Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan media video pembelajaran. Membuat rencana pembelajaran yang dibantu oleh media video pembelajaran dan observasi. Membuat instrumen yang akan digunakan dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas / alat bantu / media yang diperlukan. Membuat alat evaluasi
Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi.
Refleksi Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianaliss. Pada tahap ini pengajar dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi. Untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekosistem. Hasil analisis acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Sumber data dari tindakan kelas ini adalah siswa dan peneliti, jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari : Rencana pembelajaran dan data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran hasil kerja.
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini sebagai berikut: Tes Hasil Belajar, Lembar Observasi dan
wawancara yang dilakukan pada akhir siklus pada subjek penelitian. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan subjek penelitian selama proses pembelajaran. Setelah peneliti melakukan tindakan pada siklus I maka tindak lanjut dengan melakukan tahapan pada siklus II, adapun tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut :
- Perencanaan : Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran. Merancang rencana pembelajaran setelah perbaikan berdasarkan refleksi siklus.
- Pelaksanaan : Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun dengan perbaikan, yaitu: Melakukan tes awal pada kelas sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa, Memberi perlakuan berupa penggunaan video pembelajaran. Ketika proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi mengenai kinerja guru dan siswa. Melakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya penggunaan video pembejaran. Melakukan tindakan sesuai dengan instrument yang telah disusun. Mengumpulkan data sesuai dengan instrument yang telah disusun.
- Refleksi : Menganalisis, mengevaluasi, dan refleksi dari data penelitian yang diperoleh. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui paakah dari tindakan yang telah dilakukan menghasilkan perubahan kearah yang lebih baik dari siklus I. Jika hasil yang diperoleh sudah tercapai target yang diharapkan maka penelitian ini dicukupkan pada siklus kedua.
[1] Maifalinda Fatra, Abd. Rozak “Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas” FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan Perama 2010, h. 171.
PEMBAHASAN
Siklus I
a. Perencanaan
1. Pada tahap perencanaan siklus I peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di sekolah. Dari penelitian pendahuluan didapatkan bahwa pada sekolah yang diteliti terdapat permasalahan yaitu kurangnya minat siswa pada pembelajaran biologi. Dari permasalahan tersebut, peneliti merancang pembelajaran dan situasi belajar yang menyenangkan. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan media video pembelajaran. Membuat rencana pembelajaran yang dibantu oleh media video pembelajaran dan observasi. Konsep yang diajarkan terdiri dari sub konsep porifera dan coelenterata. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan video pembelajaran pada pertemuan pertama di siklus I siswa kurang kondusif dan masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan ke depan ketika video pembelajaran di tayangkan. Proses diskusi ketika penayangan video selesai hanya di dominasi oleh siswa yang pandai, tetapi siswa yang tidak bertanya ikut mendengarkan pertanyaan di sampaikan oleh temannya dan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Penguatan konsep diberikan saat siswa bertanya tentang konsep yang belum dipahami. Kemudian guru dan siswa sama-sama membuat kesimpulan tentang konsep-konsep yang perlu di hafal. Beberapa siswa yang aktif, membuat catatan tentang konsep-konsep yang paling penting dan siswa lainnya tidak memperhatikan kesimpulan apalagi mencatat.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada siklus I dilakukan tes kemampuan siswa. Adapun hasil tes kemampuan siswa adalah sebagai berikut: Berdasarkan data pada siklus I tersebut dapat diinformasikan bahwa terdapat 24 siswa sebesar 80% yang mencapai KKM (75) dan terdapat 7 siswa yang belum mencapai KKM. Dengan demikian maka pembelajaran pada sisklus I harus di tindak lanjuti kembali walaupun sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu 75% siswa mencapai KKM.
Refleksi
Dalam penerapan video pembelajaran zenius pada subkonsep porifera ini masih ditemukan beberapa kekurangan diantaranya:
- Penayangan video pembelajaran
Siswa kurang kondusif ketika video pembelajaran sedang berlangsung, masih ada beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya.
- Diskusi
Hanya siswa pandai yang mendominasi kegiatan diskusi, sebagian siswa ada yang menghiraukan dan ada juga yang tidak mempedulikan.
- Penguatan materi
Beberapa siswa tidak menghiraukan kesimpulan dari pembelajaran dan tidak mencatat konsep-konsep yang dianggap penting dari fillum porifera.
- Hasil belajar
Hasil nilai pada siklus I ini menunjukan siswa jumlah siswa yang mencapai KKM sebanya 24 siswa dengan persentase 80%. Dan siswa yang belum mencapai KKM terdapat 7 siswa.
Pada pelaksanaan siklus I berdasarkan tes hasil belajar siswa selama proses pembelajaran siklus I, bahwa hasil belajar siswa pada konsep animalia subkonsep porifera masih perlu dilakukan perbaikan. Hal ini terlihat dengan masih terdapat 7 orang siswa yang belum mencapai KKM (75). Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian tindakan kelas ini ke siklus II.
Adapun perbaikan-perbaikan pada siklus II yang dianggap perlu oleh peneliti antara lain:
- Memperbaiki rancangan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keaktifan siswa seperti setiap siswa harus membuat poin-poin penting yang harus dikumpulkan pada akhir penayangan video.
- Pembelajaran tetap memperlihatkan kondisi yang menyenangkan bagi siswa dengan mengamati secara teliti video pembelajaran yang ditampilkan.
- Guru harus lebih berinteraksi dengan siswa dan dapat membimbing diskusi secara optimal. Selain itu guru harus mampu mengatur waktu yang tersedia sehingga penggunaan waktu lebih efektif selama proses pembelajaran.
Siklus II
Target yang ingin dicapai pada siklus II adalah agar terjadi peningkatan terhadap hasil belajar dari siklus I. Apabila sudah mencapai peningkatan keberhasilan belajar dari siklus I yaitu 88,24% siswa mencapai KKM (75), maka penelitian ini akan dihentikan
Berdasarkan data dari tabel diatas diadapatkan presente aktivitas pada siklus II diperoleh presentase aktivitas belajar siswa sebesar 93,75%. Dengan demikian maka terlihat jelas dari siklus I ke siklus II mengalami penigkatan presentase aktivitas belajar siswa. Berdasarkan data tersebut dapat diinformasikan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II adalah 87% siswa mencapai KKM (75). Nilai hasil belajar rata-rata kelas pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 85,17 menjadi 95,73. Dari data tersebut, maka terjadi peningkatan ketuntasan belajar yang mencapai nilai 75 dari 24 orang (80%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar mengalami kenaikan menjadi 27 orang (87%). Hal ini menunjukkan bahwa telah mencapai peningkatan hasil belajar siklus I ke hasil belajar siklus II dan indikator keberhasilan telah tercapai, maka tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Refleksi
- Dari pertemuan siklus kedua secara keseluruhan siswa berperan aktif selama pembelajaran, dan sudah membuat point-point penting dari materi yang ditayangkan pada video pembelajaran.
- Siswa sudah aktif menanyakan materi yang belum dipahaminya.
- Guru menggunakan waktu secara optimal selama pembelajaran.
- Siswa terbiasa belajar dengan menggunakan media video pembelajaran.
- Hasil belajar pada siklus II ini menunjukkan 27 siswa mencapai KKM (75) dengan presentase sebesar 87% siswa mencapai KKM.
Keputusan
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa pada konsep mutasi telah memenuhi indikator yang peneliti harapkan. Indikator yang ditetapkan adalah sebanyak 75% siswa mencapai nilai KKM sekolah yaitu 75. Hasilnya, pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II menunjukkan siswa yang mencapai KKM yaitu 80% dan 87%, oleh karena itu peneliti memutuskan untuk menghentikan pemeberian tindakan berupa pembelajaran yang menerapkan penggunaan media video pembelajaran pada konsep mutasi.
Uji N-Gain
Siklus I
Untuk mengetahui peningkatan yang dilakukan maka perlu diadakan perbandingan hasil pretest dan posttest. Berikut ini adalah tabel perhitungan N-Gain anatra pretest dan posttest.
Rata-rata N-Gain | Kategori tingkat pemahaman | N-Gain terendah | N-Gain tertinggi |
SIKLUS I | |||
0,75 | Tinggi | 0,3 | 1 |
SIKLUS II | |||
0,85 | Tinggi | 0,3 | 0,9 |
Berdasarkan tabel di atas perhitungan nilai rata-rata N-Gain pada siklus I adalah 0,75 dan pada siklus II 0,85 dengan kategori tinggi.
Pembahasan
Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dengan penerapan video pembelajaran pada materi porifera dan coelenterata dari setiap siklus menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Hal tersebut terbukti dari ketercapaian hasil belajar biologi siswa pada siklus I mencapai 80%. Persentase tersebut dikatakan meningkat dibandingkan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan. Namun pada siklus I penelitian belum dikatakan berhasil karena masih ada sebagian siswa yang masih mendapatkan nilai dibawah KKM. Selain itu, aktivitas guru dan siswa pada siklus I masih terdapat beberapa kekurangan, kualitas interaksi pembelajaran masih kurang, guru juga masih belum bisa mengalokasikan waktu sesuai RPP. Siswa belum semuanya memerhatikan video pembelajaran dengan baik, masih ada beberapa siswa yang posisi duduknya di belakang yang masih mengobrol dan bercanda ketika video pembelajaran sedang berlangsung tayang. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi guru yang masih tergolong cukup dan observasi aktivitas siswa yang masih kurang.
Pada awal penerapan pembelajaran dengan menggunakan video yang telah dilaksanakan di kelas, pembelajaran dengan menggunakan video ini masih belum dapat diikuti oleh siswa dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lathifah
Fadlani, bahwa kekurangan pada siklus I terdapat siswa yang masih mengobrol dan berbicara dengan teman sebangkunya ketika video pembelajaran sedang berlangsung.[1]
Pada siklus II siswa merasa lebih memperhatikan penjelasan yang ditayangkan pada video pembelajaran, mencatat poin-poin penting, siswa merasa lebih berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal dengan cara mengajukan pertanyaan ketika siswa tidak memahami materi, mengumpulkan nilai tambah dengan cara menjawab kuis di akhir pembelajaran. Selain itu siswa juga merasa puas pada saat bisa menjawab kuis dari guru, tetapi kecewa pada saat tidak bisa menjawab. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik, bahwa ada perasaan untuk mempertahankan nama baik pribadi menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.[2]
Siswa yang dapat menjawab kuis akan mendapatkan penghargaan dan nilai tambah dari guru, sehingga setiap siswa berusaha untuk menjawab kuis tersebut. Sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik, pemberian hadiah kepada siswa yang mendapatkan atau menunjukan hasil belajar yang baik dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.[3]
Pada siklus II hasil belajar biologi pada konsep coelenterata mencapai 87%. Presentase tersebut dikatakan meningkat (7%) dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I. Hasil yang dicapai pada siklus II telah sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu 85% siswa dapat memperoleh nilai diatas KKM (75). Hal tersebut menunjukan siswa mampu memahami konsep yang diberikan dengan penerapan video pembelajaran. Hasil aktivitas guru selama pembelajaran telah menunjukan bahwa guru melaksanakan langkah-langkah penerapan pembelajaran dengan menggunakan video pembelajaran dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya selama proses pembelajaran guru dapat berinteraksi dengan baik, guru memakai keterampilan bertanya dengan pertanyaan yang jelas dan singkat, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan memberikan pendapat sehingga siswa lebih mendominasi pembelajaran. Guru juga lebih mengontrol emosi dan mengatur volume suara serta mengatur waktu yang tersedia sesuai RPP. Untuk aktivitas siswa pada siklus II telah menunjukkan bahwa siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran, hasil rata-rata observasi tiap siswa pada siklus II sudah tergolong baik.
Dari keseluruhan hasil pembelajaran dengan menggunakan video yang telah dilakukan, peneliti dapat menemukan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan video antara lain adalah siswa dapat dengan mudah mengingat materi yang telah disampaikan, serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dapat memberikan variasi media pembelajaran sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung siswa bisa lebih antusias dalam belajar dan tidak cepat bosen. Peneliti juga menemukan adanya kekurangan dalam penerapan video pembelajaran ini, diantaranya yaitu perhatian siswa sulit dikuasai, dan sifat komunikasinya yang bersifat satu arah sehingga harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain, yaitu diskusi.
[1] Lathifah Fadhlani, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 1 Malang (Skripsi Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Malang, 2009)
[2] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), h. 167
[3]Ibid, h.167
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media video pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran porifera dan coelenterata. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa di kelas setelah menggunakan video pembelajaran meningkat dari siklus I ke siklus II. Hal ini terlihat dari hasil belajar yang meningkat, berdasarkan data yang diperoleh siswa yang mencapai nilai KKM pada siklus I sebanyak 24 siswa dari 31 siswa dengan presesntase 80% yang sudah mencapai ketuntasan belajar dan mengalami kenaikan menjadi 27 siswa dari 31 siswa dengan presentase 87% pada siklus II.
Berdasarkan analisis nilai N-gain mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 0,75 meningkat menjadi 0,85 dengan kategori pemahaman tinggi. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka disarankan:
- Guru bidang studi hendaknya dapat terus mengembangkan penggunaan media video pembelajaran ini dalam kegiatan pembelajaran, dan tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan strategi-strategi pembelajaran yang lain dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang akan disampaikan kepada siswa.
- Siswa hendaknya dapat lebih aktif dalam berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar langsung dengan cara menggunakan referensi dan alat pembelajaran yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1996
Arif Priadi, Biologi 1, Jakarta: Yudhistira, 2013
Azha arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat pers,2002
Basyirudin usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat pers,2002
http://yunianto.com/jasa-web-blog/zenius-multimedia-learning.2/16-01-2012
Indira Gandhi, Interactive Multimedia in Education and Training, British: Idea Group Publishing
Istamar Syamsuri, Biologi 1, Jakarta: Erlangga, 2010
Lampiran, Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 69 tahun 2013 Tentang Kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah atas/madrasah aliyah,
Lathifah Fadhlani, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 1 Malang (Skripsi Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Malang, 2009
Maifalinda Fatra, Abd. Rozak “Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas” FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan Perama 2010,
Masitoh, dan Laksmi Dewi, “Strategi Pembelajaran” Direktorat Jendral Pendidikan Islam Dpeartemen Agama Republik Indonesia tahun 2009.
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2000.
Mukti Suroso, “Pengembangan media video pembelajaran untuk SMA pada materi ampfibi”, Jurnal Pendidikan, 2, 2006.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001
Pupuh, fathurahman, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: PT Refika Aditama, 2007
Sri Mantini, “Pengaruh Pengggunaan Video Pembelajaran Sebagai Media Chemoeducation Terhadap Hasil Belajar Siswa ”, Jurnal Pendidikan Mipa, 2011.
Sri Wahyuni, “Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Dan Peran Aktif Siswa Melalui Model PBI Dengan Media Video Pembelajaran”, Skripsi Pendidikan Biologi FPMIPA UPI, 2, 2007
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, PT: Bumi aksara, 2008.
Suroso mukti, Pengembangan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) untuk SMA pada Materi Amphibi, vol 1 no. 1 April 2010
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan sains, Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Ciputat: GP Press, 2008
Yusuf Mudasiru, “Pengaruh pembelajaran berbasis video terhadap pembelajaran biologi SMA”. Skripsi Pendidikan Biologi FPMIPA UPI, 2, 2007. Zaenal Arifin “Evaluasi Pembelajaran, prinsip, teknik dan prosedur” Bandung: PT.Remaja Rosda Karya. Cet ke II. 2010.